GALIH dan VIONA
By
andigrow
Cinta
itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri. Suatu hari,
bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah.
Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan
masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira.
Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan cinta.
Tak
terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita
siap menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada
cinta yang merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka.
Karna akan berpisah selamanya.
Viona
dan Galih sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah
membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli
yang tangguh dan kokoh dalam cintanya.Meski Galih atau Viona tak bisa bertahan
hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya goyah ataupun menyerah mencintai
kekasihnya. Hanya saja, Galih tak kuasa menahan airmatanya manakala Viona
memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan lamanya
menikmati indahnya dunia.
Bukit
berbunga, tepat dibelakang sekolah akan jadi saksi cinta mereka yang setia.
Tempat favorit yang sering mereka kunjungi untuk mendengarkan lagu kesukaan
bersama, belajar bersama, menikmati indahnya sunset yang jingga, tempat yang
penuh akan kenagan manis mereka. Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian
akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang melekat pada kertas putih
kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang.
Ada
pula cinta yang coba memaksa, datang menghantui Galih, memburamkan pandangannya
agar Viona menghilang dari hatinya. Lantas cinta itu tak kuat merasuk ke hatinya
hingga hilang dan berlalu begitu saja. Viona lah pemilik hati Galih seutuhnya.
Hingga tak ada celah yang tersisa. Tak sedikit air mata Galih yang tertumpah
untuk Viona, manakala melihat tempat yang sering mereka lalui berdua hanya akan
jadi kenangan. Tak kalah hebat cinta Viona untuk Galih, korban rasa jadi hal
biasa untuknya. Berpura-pura lupa telah mencinta, menyiksa hatinya demi
kebohongan belaka. Hingga Galih tak terluka lagi dihatinya. Meski ceroboh tapi
Viona melakukan yang terbaik untuk kekasihnya.
Tak
terasa sampai pada waktu dimana 1 bulan kebersamaan mereka hanya tersisa 1 jam
saja. Tak banyak yang bisa dipersembahkan Galih untuk Viona yang waktunya hanya
tersisa satu jam saja. Kemudian handphonenya berdering. Tak lama membuka
handphone, airmatanya bercucuran di pipi. ‘waktu anda tersisa 1 jam’ begitulah
tertulis pada catatan handphonenya. Pantas airmatanya berderai.
“Kenapa
Galih menangis?”.
“Aku
hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar
dari mataku,” Galih hanya tersenyum agar Viona tak mengkhawatirkan perasaannya.
“Meski
itu bohong tapi aku bahagia mendengar ucapanmu,” tepisnya ragu perasaan Galih.
Galih
hanya tersenyum. Kemudian bergerak, jalan menuju Viona.
“Hanya
ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku
harus melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Galih menunjuk gedung paling
tinggi ditempat mereka berada, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?” lanjut
Galih.
Airmata
tulus mulai meleleh dari mata Viona. “Sudah saatnya cintamu diperbarui!!! Hari
ini kurasa cintamu sudah sampai dibatas akhir.”
“Kalaupun
kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang
yang sama bukan dengan yang baru.”
“Bagaimana
jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?”
“Aku
akan menunggunya kembali!!! Kapanpun aku menemukannya, aku akan mencintainya
lagi. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”
Viona
menangis tanpa suara, melangkah tak bernada, kemudian bergerak, berdiri tepat
membelakangi lelaki yang di cintainya.
“Waktumu
hanya tersisa setengah jam. Lalu apa yang kamu inginkan dariku?”
“Gendong
aku kemanapun kamu mau, kemudian bila aku diam, jangan pernah menoleh ke
belakang. Jangan pernah berbalik melihatku, biarkan aku menghilang”
“Sebelum
bertemu denganmu aku hanya punya lem dan benang di tepian hatiku. Kemudian kamu
datang merajut hatiku dengan benang itu, dan kamu kuatkan rajutan itu dengan
lem nya. Lantas bagaimana ia akan terbuka lagi?” lanjut Galih dengan airmata
yang perlahan menetes.
“Biarkan
ia sampai mengeras, tak lama ia akan pecah. Kemudian ada celah yang terbuka
disana. Perlahan benangnya akan putus karena rapuh . Lalu ia sepenuhnya
terbuka.”
“Biarkan
saja ia terbuka” Suara Viona mulai letih, matanya terpejam. Tak lama badannya
memberat.
Akhirnya,
cinta mereka berhenti pada masa yang berbahagia. Dimana mereka saling tau apa
yang dirasa, meski airmata yang jadi saksinya. Cukup yang dicinta tau apa yang
di rasa, itu sudah cukup untuk bahagia.
Boyolali, 04 september 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar