Setelah
sebuah pengkhianatan, kukira maaf adlah jalan menuju damai. Ikhlas ternyata tak
datang dengan sendirinya. Cinta tak kembali seperti sediakala. Kamu telah
kehilanganku sejak pertama kali ku mencintaimu.
Nafsu
cinta ajarkan sesuatu yang nyata, semua tak bisa kuhindari. Air mata siap
melepaskan dirinya. Kehilangan dirimu dahulu adalah hanya sebab hati ini tak
bisa mendengar kata cinta yang terucap oleh hatimu. Tak kubiarkan sedikitpun
udara menguasai perasaan bahwa pasti adalah kita. Masih ada kemungkinan patahnya
takdir bila itu menggema.
Bila
saja aku adalah tulang rusukmu, maka biarkanlah Tuhan yang akan mempersatukan
kita dalam ikatan suci dengan sebuah cinta yang abadi.
Selanjutnya,
boleh kiranya engkau mengajariku cara untuk mencintaimu dari awal.
Mengembalikan semua perasaan cinta yang pernah kau pangkas rata. Habis tak
tersisa, kecuali pahitnya dendam yang takkan pernah ada puasnya. Ajari aku
mengenali wajahmu yang anyar dengan caramu yang halus. Setiap senyum indah dari
wajahmu memberikan setetes kesegaran untuk hatiku tengah yang gersang ini.
Ajari aku membawa diri ini hijrah dari luka sukma, memaafkan memar di hati,
serta melupakan engkau yang dulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar