Selasa, 13 Desember 2016

lebih indah



Lebih Indah
By: andigrow
Saatku tenggelam dalam sendu.. Waktupun enggan untuk berlalu.. Kuberjanji tuk menutup pintu hatiku.. Entah tuk siapapun itu..” Ya, lagu Lebih Indah-nya adalah satu-satunya lagu yang masih menemaniku duduk diambang pintu sore itu. Matahari sudah semakin samar terlihat. Dan aku masih terdiam menghayati syair demi syairnya. Di balik pagar terlihat anak-anak berlari-lari dengan riangnya tak membuyarkan pikiranku yang terhanyut dalam lagu itu. Lagu yang pas banget buat suasana hatiku saat ini. Aku, seorang cewek yang tertatih terlalu lelah mengagumi seseorang yang aku tau dia tidak pernah mencintaiku. Sedikitpun . Pada akhirnya aku merasa lelah. Aku lelah. Dan aku memilih ikhlas untuk melepaskannya. Melepaskan dia dari kehidupanku. Aku pun juga merasa kapok untuk memikirkan seorang cowok. Mereka itu jahat pikirku.
Semakin ku lihat masa lalu.. Semakin hatiku tak menentu.. Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku.. Saat ku melihat senyummu” Aku masih terhanyut dalam setiap kata perbait lagu itu. Yah begitulah seisi hatiku. Semakin aku lihat masa laluku, aku semakin sakit. Aku semakin terlihat rapuh. Aku tidak mau menyia-nyiakan air mataku ini dan tentunya hidupku. Aku harus membuktikan kalau aku bisa lebih bahagia walaupun tanpa si dia. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang bisa membuatku merasa teduh dan nyaman. Biarpun rasa itu terasa saat aku hanya melihat dia dari kejauhan. Aku khawatir aku jatuh hati lagi.
 Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku saat ku melihat senyummu.. Dan kau hadir merubah segalanya.. Menjadi lebih indah”. Dan pada akhirnya aku benar-benar jatuh hati sama dia. Dia benat-benar bisa menjadi moodboster buat hari-hariku. Dia Tejo. Seseorang yang bisa merubah hidupku menjadi lebih baik. Memunculkan kembali setiap warna-warna indah di hidupku yang sudah sekian lama memudar.
Singkat cerita dia menjadi pacarku saat ini. Rasanya percaya tidak percaya. Seseorang yang bisa menjadi pujaan hatiku, yang rasanya bagaimana bisa aku mengenal dia, kita tak sedikitpun saling mengenal dan bersama. Dan sekarang dia lah seorang yang begitu berarti dalam hidupku. Seseorang yang sangat aku sayangi tulus dari dasar hatiku. Dia mampu membuatku menjadi lebih baik, dia yang selalu sabar dengan sikap-sikapku yang kadang kuakui kekanak-kanakan untuk ukuran anak seusiaku. Betapa bersyukurnya hatiku saat aku benar-benar menyadari bahwa dia juga menyayangiku. Hari hari hitam putihku kulalui bersamanya bahkan keluargaku pun juga menyayanginya.
“ Kau bawa cintaku setinggi angkasa membuatku merasa sempurna.. Dan membuatku utuh, tuk menjalani hidup.. Berdua denganmu selama-lamanya.. Kaulah yang terakhir bagiku” Dan itulah bait terakhir yang terdengar sore itu. Tak terasa air mata menetes di pipiku. Betapa kita harus mensyukuri apapun kehendak Tuhan dan kita harus selalu ikhlas atas segala karuniaNya, karena pasti akan ada hal indah yang akan kita dapatkan walaupun itu tak pernah dipikirkan oleh kita sebelumnya. “ Thanks God”


VIJF
By: andigrow

Vijf. Lima. Angka yang mempertemukan dan memisahkan kita. Angka yang membuatku bahagia dan bersedih di satu masa. Aku masih mendengar suara Glenn Fredly melantunkan lagu itu dari laptopku. Berulang-ulang, sudah lima kali kukira. Ya, hanya ini yang menjadi penyemangat hidupku saat ini. Perpisahan mendadak setelah pertemuan singkat.
“ Tuhan bila masih kudiberi kesempatan. Izinkan aku untuk mencintanya. Namun bila waktuku telah habis dengannya, biar cinta...”
Kali ini aku ikut bernyanyi, mencoba meresapi setiap kata dalam bait itu, juga mencoba mengatakan pada diriku, pada jiwaku bahwa dia telah pergi. Pergi untuk selamanya . Dia Chika, seorang cewek pecinta alam yang telah menjadi sahabat hatiku lima bulan ini. Dan aku, Andhika. Orang-orang memanggilku Dhika. Hanya Chika yang memanggilku And, dia pikir Dhika lebih terdengar seperti nama seorang cewek. Pikiranku menerawang, mencoba mengurai kembali memori indah saat pertama kali bertemu dengannya. Dia itu bisa dibilang sahabat masa kecilku, aku pertama kali bertemu dengannya di suatu kursus menggambar saat kami baru kelas lima sekolah dasar. Aku tak terlalu pintar menggambar, tapi aku bercita-cita menjadi seorang Arsitek, oleh sebab itu aku mengikuti kursus ini. Aku tak begitu mengenalnya, tetapi sejak pertama kali bertemu, aku tertarik padanya. Mungkin karena dia satu-satunya cewek yang mengikuti kursus ini, tak lebih dari itu. Kalau dilihat dari wajahnya, dia pasti tipe cewek yang usil plus slengekan. Dan tebakanku benar. Menjadi satu-satunya cewek di kelas itu, dia bukannya jadi pendiam tapi malah sok jadi tuan puteri yang ingin dihormati dan dihargai. Dia mengungkapkan hal-hal yang tidak penting saat guru kami menerangkan bagaimana cara menggambar tubuh manusia, Dan masih banyak lagi sederet keanehan-keanehannya. Masa kursus kami berakhir. Kami akhirnya berpisah. Setelah itu aku tak pernah melihatnya lagi selama lima tahun.
Lima tahun setelahnya, saat mengikuti pendaftaran di SMA Pelita Harapan, aku melihatnya. Aku melihat dia berdiri diantara kerumunan siswa yang mengantri di loket pendaftaran. Dia sangat terlihat berbeda. Lebih tinggi, lebih cantik, lebih terlihat seperti seorang cewek yang sedang melewati masa pubertas dibanding cewek ingusan yang kutemui lima tahun lalu. Aku senang bisa bertemu dengannya, meski mungkin dia sudah tak mengenaliku. Tiba-tiba dia menoleh, kulemparkan senyum tipisku. Dan reaksinya sungguh mengejutkan, dia membalasku dengan ekspresi seolah-olah mengatakan “ siapa kau?”. Wah ternyata dia sudah lupa padaku.

Sebulan kemudian kami dinyatakan lulus kriteria menjadi murid SMA Pelita Harapan. Dan secara kebetulan kami ditempatkan di kelas yang sama yaitu kelas Sepuluh B.
“ Heiii, kamu yang ikut kursus menggambar, namamu Andhika kan?” suara itu mengejutkanku. Aku menoleh,
“ Ya ada apa? Ku kira kau sudah tak mengenaliku!” jawabku ketus
“ Hahaha,, awalnya memang seperti itu, tapi aku masih cukup hafal wajahmu. Aku hanya terkejut, ternyata kau bisa kurus juga ya..”
“ Eh, apa maksudmu?’ ternyata sifat usil plus slengekan belum hilang juga ya ckckck,
“ Kamu dulu gendut” Katanya sambil menggembungkan pipi, menyamai pipiku yang lumayan tembem
“ Biarin, itu bukan urusanmu” Kataku sambil berlari jauh
“ Iihh galak bener” sayup-sayupku dengar Chika meneriakiku
Semenjak kejadian menyebalkan itu kami menjadi semakin akrab. Dia suka mengejek dan aku pantas menjadi objek ejekan. Ya klop deh!. Aku menyukai dia sebagai seorang sahabat , tak pernah sekalipun aku berharap menjadi kekasihnya. Tetapi sesuatu telah terjadi, Tuhan telah menggambarkan hidupku jauh lebih mengejutkan daripada yang kubayangkan. Sebuah kejutan indah. Suatu hari dia menyatakan perasaannya kepadaku. 5 Mei 2005 menjadi saksi bisu akan cinta yang baru saja merekah. Lewat sepucuk memo di lokerku, dia menumpahkan seluruh isi hatinya.
            “ Dear And
Kelas lima sekolah dasar kita dipertemukan, setelah lima tahun berpisah, takdir membawamu kembali padaku. Sekarang di tanggal 5 bulan 5 ini aku berikrar bahwa aku tak akan pernah meninggalkanmu lagi. Minimal, aku tak akan membiarkanmu pergi dari hidupku lagi. Ikhou van jou, And. Aku berharap kita akan bersama selama-lamanya.”
Aku sangat bahagia saat itu. Dari dulu aku sudah tertarik padanya, tapi baru akhir-akhir ini aku menyadari itu cinta. Aku berbalik. Begitu terkejut mengetahui bahwa ternyata dia dibelakangku. “Ya!”, jawabku pelan. Dan dia membalasnya dengan senyum termanis yang pernah dia berikan padaku.
Terhitung 4 bulan 27 hari aku menjadi kekasihnya. Hari-hariku diisi dengan penuh kebahagiaan, penuh dengan ucapan bersyukur akan pemberian sahabat hati yang sangat mengerti.
            “ Saying I Love You is not the words I want to hear from you. Is no thing I want you  not to say but if you only knew”
Dia menyanyikan lagu yang dipopulerkan westlife untukku
            “ Mantap plus gombal!!” sahutku
            “ Enggak kok. Eh tanggal 3 besok aku mau mendaki ke merbabu. Doakan aku yaa”
            “ Merbabu? Oh okey, tak perlu kau minta pasti sudah aku doakan”
            Ikhou van jou, And....”
Hari ini 5 Oktober, aku sangat cemas. Chika harusnya sudah tiba dari merbabu sore ini. Tapi ini hampir tengah malam dan belum ada kabar dari timnya itu. Kami, teman-teman dan orang tua tim pendaki menunggu cemas di depan gerbang sekolah. Tiba-tiba ambulan datang, seorang perawat bertanya keras
            “ Siapa kerabat Chika Nur Alfihusna?”
Aku terkejut. Aku dan orang tua Chika mendekat ke ambulan itu. Perawat yang tampak letih itu berjalan membuka pintu ambulan.” Chika jatuh dari tebing, kepalanya terbentur. Maaf putri anda tidak tertolong”. Kulihat tubuh kaku Chika. Dadaku sesak, aku bahkan tidak bisa menangis. Tiba-tiba semua menjadi gelap. Setelah itu aku tak ingat apa-apa.
Aku tersentak kembali ke kehidupanku sekarang. Lima hari setelah kematian Chika dan melupakannya masih tampak begitu mustahil bagiku. Angin hangat tiba-tiba  berhembus, membawa wewangian harum, menerbangkan sekuntum bunga liar kepadaku. Iseng kuhitung kelopaknya. Ada 5.” Vijf, Ikhou van jou, Chika”, bisikku pelan.