Minggu, 21 Agustus 2016

Cinta di depan mata



Cinta di Depan Mata
By : Qomar Al-Manaar
Malam sudah begitu larut. Tak terasa sudah lebih dari dua jam aku duduk didepan teras rumah, sambil membayangkan seseorang yang tak mungkin untuk datang ke rumahku. Ya, dia adalah seorang gadis yang tak sengaja ku bertemu dengannya ketika di toko buku. Saat ku hendak mengambil sebuah buku, tiba-tiba buku itu jatuh ke lantai. Spontan, dia langsung mengambilkannya untukku. Setelah kejadian itu aku langsung menghampiri dia dan mengucapkan terima kasih. Dia tersenyum padaku tanpa kata-kata. Seorang gadis yang tak kuketahui nama atau tempat tinggalnya. Hanya wajahnya saja yang kuketahui. Matanya berwarna coklat dengan pipi lesung yang indah. Tahi lalat diatas mulutnya menambah manis saat ia tersenyum. Rambutnya dibalut dengan kerudung berwarna jingga, menambah elok rona wajahnya. Dia adalah sosok wanita yang belum pernah ku jumpai selama ini.
Suara adzan subuh membangunkan ku dari indahnya bunga tidur. Ku ucapkan syukur kepada Allah SWT yang masih mengkaruniaku kesempatan hidup. Kesempatan yang diberikan itu tidak akan ku gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Kesempatan itu ku gunakan untuk beribadah kepada-Nya, berbuat baik kepada seluruh umat manusia, serta seluruh makhluk di alam semesta. Sholawat kepada Nabi Muhammad Saw. senantiasa kupanjatkan dalam setiap doaku dan ku berharap kelak di akhirat nanti datang syafaat Nabi Muhammad Saw. untuk menolong diriku ini yang penuh dengan dosa menuju kasih saying sang Ilahi.
Setelah melaksankan sholat subuh, langsung ku bergegas untuk pulang karena pagi ini pukul enam akan ada acara penyambutan mahasiswa baru di kampus. Pukul 05.45 aku berangkat dari rumah dengan mengendarai motor bututku. Perjalanan dari rumah memerlukan waktu sekitar 10 menit sampai kampus. Dalam perjalanan, kulihat banyak mahasiswa baru yang rambutnya plontos dengan memakai seragam putih hitam. Aku terkejut ketika kulihat sosok gadis yang sama persis seperti gadis yang kutemui kemarin di toko buku. Hatiku sangat bahagia, melihat seorang yang didamba telah tiba di depan mataku.
Upacara pembukaan dimulai pukul 06.30. Aku menjadi petugas pembaca doa. Upacara berlangsung dengan khidmat. Ketika upacara sampai di acara pembacaan doa, aku membacakan doa dengan penuh kekhusyukan hingga tak terasa semua peserta upacara meneteskan air mata. Entah kenapa hari ini aku bisa membacakan doa hingga membuat mereka menangis, mungkin ini didorong oleh kesadaran diri akan kasih sayang Sang Kuasa. Upacara berakhir pukul 08.00.
Kriiing-kriiing tanda bel istirahat berbunyi. Istirahat kali ini aku tidak ke kantin, melainkan ke perpustakaan untuk membaca sebuah novel. Setengah jam ku membaca novel, bel masuk berbunyi. Keberuntungan datang secara tiba-tiba. Ternyata, Pak Amin dosen Fisika Terapan hari ini berhalangan hadir, hanya memberikan tugas sedikit. Dengan kesempatan tersebut, langsung kukerjakan tugas itu dengan penuh semangat. Sisa waktu pelajaran tinggal 45 menit, daripada waktu itu digunakan untuk main-main, aku berpikir untuk membuat sebuah puisi yang menggambarkan tentang semua perasaanku saat ini.
Selembar kertas dan pulpen kuambil dari tasku, lalu aku keluar kelas menuju perpustakaan. Di perpustakaan, suasana sangat damai dan cocok untuk menulis puisi tentang cinta. Memang masa remaja adalah masa dimana seseorang jatuh cinta kepada lawan jenisnya, kalau tidak jatuh cinta itu baru namanya tidak normal.
                                                            Cinta Berujung Penderitaan
Mentari pagi mulai menampak diri    
Udara pagi yang terasa sejuk
Membangunkan siapa saja yang terlelap dalam bunga tidur
Aku mulai merasakan apa itu artinya jatuh cinta
Rasa cinta yang begitu indah karunia Sang Maha Pencipta
Membuat semua orang ceria dan bahagia
Pagi berganti siang, siang berganti malam
Perasaan tentang cinta tidaklah sepenuhnya tentang kebahagiaan
Adakalanya cinta berubah menjadi derita
Derita cinta yang membuat semua orang sengsara
            Puisi itu kutulis berdasarkan pengalaman cinta yang barusan ku dapatkan. Cinta awalnya bahagia tapi kebanyakan dari cinta akhirnya berujung penderitaan. Karena kebanyakan remaja itu hanya cinta monyet, yang senang berganti-ganti pasangan dan berujung pada kegalauan. Tapi ada satu cinta yang tidak akan berujung pada penderitaan, yaitu cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
                                                                                                            Semarang, 21 Agustus 2016

Sabtu, 20 Agustus 2016

Hati yang terbelenggu



 Hati Yang Terbelenggu

 By; Al Manar Fateh

Senja yang indah di ufuk barat, berwarna merah dan semburat jingga disertai burung burung yang terbang kembali ke sarang setelah seharian mencari makan.
Aku duduk disini, di atas motor bututku memandangi luasnya lahan persawahan yang ditanami padi sudah mulai menguning dan juga memandangi karya sang Pencipta yang selalu membuat aku kagum atas cipataanNya, namun bukan itu saja, saat ini aku sedang memikirkan sesuatu ehh… seseorang lebih tepatnya, yaa.. dia adalah seorang gadis yang aku lihat waktu acara gathering kampus satu bulan yang lalu sebelum liburan tiba, gadis itu sudah membuat jantung ini bergedup lebih cepat seperti putaran mesin 1000 rpm. Entah apa yang membuatku begitu. Sudah satu bulan lebih aku meninggalkan kampusku untuk berlibur dan liburannya kini hanya tinggal tiga hari.
Malam yang terasa dingin menusuk kulitku,tak biasanya malam ini begitu dingin. Dengan secangkir kopi hitam panas buatan ibuku aku duduk di teras rumah sembari memandangi lingkungan pedesaan yang tenang, damai dan indah. Dalam suasana itu aku teringat seorang gadis, seorang gadis yang sangat cantik, tidak hanya cantik wajahnya tapi juga cantik iman dan perasaannya. Aku tak tahu namanya, memang waktu itu ketika aku hendak berkenalan dengannya setelah acara gathering tiba-tiba seorang laki-laki tua berambut dan berjenggot putih langsung menjemputnya dan membawanya untuk langsung menaiki mobil Toyota camry warna putih. Aku pun tak tahu siapa laki-laki tua berjenggot dan berambut putih itu, mungkin bapaknya atau kakeknya atau pamannya.
Aku masih saja memikirkan gadis itu, sudah kucoba untuk melupakannya tapi masih belum bisa. Bayangan wajahnya masih tersirat jelas didepan mataku. Pulpen dan selembar kertas yang ada di samping kopi hitam panasku kuambil lalu kutulis sebuah puisi untuk menggambarkan rasa cintaku kepadanya
                                                            Hati Yang Terbelenggu
Saat rindu menyesak di dada
Terbungkus derita menyayat hati
Aku seperti kehabisan nafas
Habis oksigen karna merindukanmu
                                    Aku takut terbiasa dengan rasa ini
                                    Membuat hati jadi kebal rasa
                                    Aku takut terbiasa dengan rindu ini
                                    Membuat hati jadi mati rasa
 Adakah cinta tanpa mata?
Walau sesaat ingin bertemu
Bebaskan hati dari belenggu
Belenggu rindu karna dirimu
            Tiga bait puisi telah kuselesaikan, puisi tersebut menggambarkan perasaanku saat ini. Kulipat kertas dan kumasukan kedalam dompet untuk suatu saat nanti akan kuberikan kepada seoarang gadis yang setiap pagi dan malam terbayang akan wajahnya yang indah.
Tak terasa malam sudah semakin larut, lampu-lampu rumah pedesaan yang tadinya masih hidup kini sudah mulai banyak yang dimatikan, Pemduduk desa mungkin segera bergegas untuk istirahat dan tidur, hanya terlihat beberapa orang di pos ronda yang sedang main catur untuk menghilangkan rasa ngantuk nya. Aku pun bergegas masuk ke rumah dan langsung mengambil air wudhu sebelum tidur. Sebelum tidur aku berdoa kepada Sang Maha Pencipta supaya aku besok masih diberi kesempatan untuk hidup agar bisa melaksanakan dan menunaikan amalan-amalan yang baik sebagai bekal di dunia dan di akhirat kelak.
                                                                                    Semarang, 21 Agustus 2016

Penyejuk Hati



Wanita Berkerudung jingga



WANITA BERKERUDUNG JINGGA
By: Sa’ad Al-Malik

Terdengar suara adzan subuh berkumandang,membangunkanku kala aku tertidur pulas yang dibayangi oleh mimpi-mimpi indah. Terasa enggan aku bangun untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim,tapi entah kenapa dengan sendirinya aku bisa terbangun untuk sholat subuh. Udara pagi yang tidak terlalu dingin mengantarkan langkahku ke Masjid Al-Manar,masjid yang dekat dengan tempat tinggal ku. Aku berjalan menyusuri setiap gang untuk bisa sampai ke Masjid Al-Manar.Banyak hari ini jamaah sholat subuh yang biasanya hanya 7-8 orang dan sekarang sampai 30-an orang Alhamdulillah.
Kewajibanku telah aku laksanakan dengan penuh rasa ikhlas kepada sang Maha Pencipta,kini giliranku untuk menunaikan kewajibanku yang lain yaitu kuliah. Kuliah menuntut ilmu pengetahuan demi sebuah tujuan untuk menjadi seorang yang bisa sukses di dunia dan akhirat. Aku merupakan mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri di daerah Semarang ibukota provinsi Jawa Tengah. Menjadi mahasiswa baru merupakan suatu hal yang menurutku tidaklah terlalu sulit, sesulit apa yang dipikirkan oleh banyak mahasiswa baru lainnya, yang perlu di ingat saja jika menjadi mahasiswa baru kita harus punya prinsip seperti filosofi tokai,ikut arusnya saja go the flow.
Waktu menunjukan pukul 08.45 pagi,aku bergegas memacu motor bututku menuju kampus yang jaraknya kurang lebih 3 km dari tempat tinggalku. Kegiatan TM atau Temu Mahasiswa merupakan kegiatan pertamaku di bangku perkuliahan.Awal bertemu mahasiswa baru aku langsung terpana melihat banyak wanita cantik yang ada di sekelilingku,tapi aku sadar,aku hanyalah manusia biasa yang banyak kekurangan dan yang paling penting aku bukan dari keluarga kaya.Kulihat banyak mahasiswa baru yang datang diantar dengan mobil sedangkan aku hanya mengendarai motor butut tahun 1986 yang dibelikan oleh ayahku dengan harga 2 juta.
Berjalan menuju kantin untuk TM yang aku bayangkan adalah bertemu mahasiswa baru yang datang dari segala penjuru dengan membawa sejuta pengalaman untuk dibagikan kepada semua mahasiswa baru lainnya. Sesosok mahasiswi baru yang memakai kerudung jingga yang duduk di pojok depanku,membuat hatiku terasa sejuk bagaikan tanah yang gersang lalu dengan tiba-tiba disirami oleh hujan yang sangat deras sehingga tanah yang gersang itu kembali hijau dan menunjukan keindahannya kembali. Di dalam lubuk hati yang paling dalam aku menangis bahagia melihat seorang wanita cantik yang sama persis seperti wanita dalam mimpiku tadi. Aku bertanya pada diriku sendiri siapakah gerangan wanita itu yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna dan indah.
Kukeluarkan selembar kertas dan kutulis namaku serta tujuanku untuk berkanalan dengannya,lalu kertas itu aku lemparkan kepada mahasiswi cantik berkerudung jingga,kertas itu jatuh mengenai bahu kirinya dengan spontan dia menengok kertas itu dan melihat sekelilingnya untuk mengetahui siapa yang melempar kertas itu dan kemudian dia mengambil selembar kertas itu lalu membacanya dengan suara yang pelan.
                       


Assalamualaikum ukhti,
Dengan bahasa sederhana bolehkah kutahu namamu? Pastilah namamu itu seindah wajahmu itu.Kutunggu balasan surat darimu di masjid Daruul Hikmah setelah sholat ashar.
                                                                                                            Salam kenal
                                                                                                            Sa’ad Al-Malik
Kulihat dia membaca surat itu dengan penuh rasa acuh,setelah membaca surat itu lalu kertas itu dibuangnya ke tempat sampah, melihat kejadian itu membuat hatiku kembali gersang harapan untuk mempunyai tambatan hati kembali pupus,dengan penuh rasa ikhlas aku menerima kejadian itu dan berharap nanti setelah sholat ashar dia mau membalasnya.
Mars totalitas perjuangan menjadi lagu penutup untuk mengakhiri acara TM tersebut. Aku berjalan keluar menuju Masjid Daarul Hikmah dengan perasaan cemas,bingung,dan sedih. Aku berharap mahasiswi berkerudung itu mau membalas suratku.Adzan sholat Ashar berkumandang,segera ku percepat langkah kaki untuk bisa sampai di Masjid Daarul Hikmah. Dan tak kulihat mahasiswi berkerudung jingga itu,kuharap dia nanti setelah sholat ashar akan membalas suratku dan ditaruh ditempat penitipan tas dan sepatu. Sholat ashar telah kutunaikan dengan penuh rasa ikhlas dan bersyukur kepada Allah, aku tidak langsung menuju tempat penitipan tas dan sepatu,alangkah baiknya aku mengaji 1 juz untuk mennguatkan hatiku yang sedang rapuh digerogoti oleh rayap-rayap cinta.
Kriiing-kriiing,hp ku bordering menandakan waktu sudah pukul 16.30,sekarang adalah waktuku untuk pulang dan mengambil balasan surat dari mahasiswi baru berkerudung jingga.Ya Allah kuatkanlah hambamu ini untuk menerima semua takdirmu. Ketika sudah sampai di penitipan kucari surat itu dan ternyata hasilnya nihil, dia sama sekali tidak merespon surat dariku. Dengan kejadian ini aku belajar bahwa perkenalan hendaknya dilaksanakan secara langsung bukan dengan cara mengirim surat. Mungkin dia tidak membalas suratku karena dia berpikir aku laki-laki yang tidak Gentleman pikirku.
Dengan rasa sedih aku pulang mengendarai motor bututku,sesampainya di rumah aku langsung menulis sebuah puisi untuk mengungkapkan isi hatiku pada mahasiswi berkerudung jingga itu
                                                Teruntuk Wanita Berkerudung Jingga
Air di sungai mengalir dengan deras 
Membawa jutaan harapan kehidupan
Dari sang pencipta kepada manusia
Apalah arti cinta?
Bila cinta tidak bisa mengalir
Mengalir menuju tujuannya
Wanita berkerudung jingga
Sudikah engkau ?
Menerima aliran cintaku yang sangat deras
Untuk bermuara menuju ketenangan hatimu
                                                                                                            Sa’ad Al-Malik
                                                                                                Semarang, 20 Agustus 2016

sebuah kisah



Sebuah Kisah
By : Firdaus A’la
            Apalah arti sebuah cerita, pabila tanpa makna yang berharga? Apalah arti sebuah kisah, jika hampa terasa tak ada nasehat-nasehat di dalamnya? Engkau kan menemukan jutaan kisah di dunia ini sepanjang waktumu. Yang pasti kisah-kisah tersebut, kan memiliki arti tertentu.
            Sebuah cerita, tersusun atas lembaran-lembaran putih memuat kata-kata perajut makna. Jikalau kisah tak ada artinya, untuk apa dibaca?
            Hikmah kan terkandung dalam setiap jengkal langkah-langkah kaki. Disanalah kita kan temukan kisah-kisah. Engkau berada dalam kamar, kau merenungkan segala kejadian hari ini. Itulah kisah hidupmu. Engkau berjalan, kau lihat kerikil. Engkau dapat mengambil kisah darinya. Sebagai contoh, umpamakan dirimu adalah kerikil tajam yang terhempas dan terlupakan di pinggir jalan. Pikirkan bagaimana perasaanmu saat memerankan rekaan itu. Saat itu kau hanya diam, teracuhkan, di tampar-tampar debu-debu berterbangan. Di tendang-tendang kaki-kaki yang gatal. Akhirnya melebur menjadi debu-debu berterbangan.
            Lalu apa maknanya?
            Jangan engkau hidup bagai kerikil di pinggir jalan, yang hanya diam, menunggu nasib menghempaskannya. Hidup tanpa rencana, tak beraturan, di tending-tendang oleh waktu. Tanpa makna. Hingga akhirnya melebur bersama kematian. Apakah itu kehidupan yang baik?
            Lalu, kau dapat mengkaitkannya dengan benda sejenis, namun di lain tempat. Semisal, setelah kau tangkap makna kerikil di pinggir jalan, tangkaplah makna kerikil-kerikil yang ada di gunung-gunung, lembah-lembah, dan bangunan-bangunan, bagaimana mereka merasakan hidupnya. Kerikil bangunan contohnya, kau dapat menangkap sisi positifnya.
            Jadilah kerikil bangunan yang dapat memberi makna akan hidupnya yang bermanfaat. Dia bermanfaat. Dia dapat diandalkan. Tanpa kehadirannya, manusia takkan dapat membuat bangunan.
            Hidup adalah lika-liku kisah. Setiap jengkal kan ada hikmah.
            Lalu, bagaimana caramu menyimpulkannya?
Semarang, 20 Agustus 2016