Minggu, 04 September 2016

Bukan cerita biasa



GALIH dan VIONA
By andigrow
Cinta itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri. Suatu hari, bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan cinta.
Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita siap menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada cinta yang merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah selamanya.
Viona dan Galih sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh dan kokoh dalam cintanya.Meski Galih atau Viona tak bisa bertahan hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya goyah ataupun menyerah mencintai kekasihnya. Hanya saja, Galih tak kuasa menahan airmatanya manakala Viona memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan lamanya menikmati indahnya dunia.
Bukit berbunga, tepat dibelakang sekolah akan jadi saksi cinta mereka yang setia. Tempat favorit yang sering mereka kunjungi untuk mendengarkan lagu kesukaan bersama, belajar bersama, menikmati indahnya sunset yang jingga, tempat yang penuh akan kenagan manis mereka. Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang.
Ada pula cinta yang coba memaksa, datang menghantui Galih, memburamkan pandangannya agar Viona menghilang dari hatinya. Lantas cinta itu tak kuat merasuk ke hatinya hingga hilang dan berlalu begitu saja. Viona lah pemilik hati Galih seutuhnya. Hingga tak ada celah yang tersisa. Tak sedikit air mata Galih yang tertumpah untuk Viona, manakala melihat tempat yang sering mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan. Tak kalah hebat cinta Viona untuk Galih, korban rasa jadi hal biasa untuknya. Berpura-pura lupa telah mencinta, menyiksa hatinya demi kebohongan belaka. Hingga Galih tak terluka lagi dihatinya. Meski ceroboh tapi Viona melakukan yang terbaik untuk kekasihnya.
Tak terasa sampai pada waktu dimana 1 bulan kebersamaan mereka hanya tersisa 1 jam saja. Tak banyak yang bisa dipersembahkan Galih untuk Viona yang waktunya hanya tersisa satu jam saja. Kemudian handphonenya berdering. Tak lama membuka handphone, airmatanya bercucuran di pipi. ‘waktu anda tersisa 1 jam’ begitulah tertulis pada catatan handphonenya. Pantas airmatanya berderai.
“Kenapa Galih menangis?”.
“Aku hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar dari mataku,” Galih hanya tersenyum agar Viona tak mengkhawatirkan perasaannya.
“Meski itu bohong tapi aku bahagia mendengar ucapanmu,” tepisnya ragu perasaan Galih.
Galih hanya tersenyum. Kemudian bergerak, jalan menuju Viona.
“Hanya ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku harus melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Galih menunjuk gedung paling tinggi ditempat mereka berada, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?” lanjut Galih.
Airmata tulus mulai meleleh dari mata Viona. “Sudah saatnya cintamu diperbarui!!! Hari ini kurasa cintamu sudah sampai dibatas akhir.”
“Kalaupun kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang yang sama bukan dengan yang baru.”
“Bagaimana jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?”
“Aku akan menunggunya kembali!!! Kapanpun aku menemukannya, aku akan mencintainya lagi. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”
Viona menangis tanpa suara, melangkah tak bernada, kemudian bergerak, berdiri tepat membelakangi lelaki yang di cintainya.
“Waktumu hanya tersisa setengah jam. Lalu apa yang kamu inginkan dariku?”
“Gendong aku kemanapun kamu mau, kemudian bila aku diam, jangan pernah menoleh ke belakang. Jangan pernah berbalik melihatku, biarkan aku menghilang”
“Sebelum bertemu denganmu aku hanya punya lem dan benang di tepian hatiku. Kemudian kamu datang merajut hatiku dengan benang itu, dan kamu kuatkan rajutan itu dengan lem nya. Lantas bagaimana ia akan terbuka lagi?” lanjut Galih dengan airmata yang perlahan menetes.
“Biarkan ia sampai mengeras, tak lama ia akan pecah. Kemudian ada celah yang terbuka disana. Perlahan benangnya akan putus karena rapuh . Lalu ia sepenuhnya terbuka.”
“Biarkan saja ia terbuka” Suara Viona mulai letih, matanya terpejam. Tak lama badannya memberat.
Akhirnya, cinta mereka berhenti pada masa yang berbahagia. Dimana mereka saling tau apa yang dirasa, meski airmata yang jadi saksinya. Cukup yang dicinta tau apa yang di rasa, itu sudah cukup untuk bahagia.
                                                                                    Boyolali, 04 september 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar