Sabtu, 17 September 2016

Tak terduga



Pertemuan yang tak terduga
By; andigrow
Pagi hari ku terbangunkan oleh jam alarm. Membangunkanku dari indahnya bunga tidur. Dari jendela kamar, kulihat lukisan indah dari Sang Pencipta. Aku sangat bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan hidup untukku. Setiap kali kuterbangun, kata yang pertama kali ku ucap ialah syukur. Tanpa rasa syukur hidup ini tak akan makmur. Kulangkahkan kaki ini menuju surau untuk melaksanakan kewajibanku. Walau berat kaki ini melangkah ke surau, tapi itu harus tetap kulakukan. Setiap kali tubuh ini melangkah. Terbesit di dalam hati perasaan rindu kepada dia yang selalu kupuja. Rasa rindu kepadanya selalu mencambuk seluruh jiwa ini . Tak kuat rasanya jiwa ini menahan perasaan rindu. Di dalam setiap doaku. Aku memanjatkan doa kerinduan untuk dia yang kupuja.
Apakah makna hidup ini tanpa adanya rasa cinta?
 Cinta menghiasi seluruh dunia. Membuat  dunia semakin indah. Seluruh umat manusia bahagia dengan cinta. Termasuk aku. Salah satu orang yang sedang bahagia. Mungkin ini bukan pertama kalinya aku merasakan indahnya cinta. Ini hanya perasaan cinta. Setiap orang berhak jatuh cinta kepada siapapun. Hanya jatuh cinta. Bukan perasaan yang diungkapkan kepada seseorang, kemudian menjadi sepasang kekasih. Aku pun tak pernah mengungkapkan perasaan ini kepada wanita yang kusukai. Perasaan itu hanya ku ungkapkan dalam setiap bait puisi. Setiap bait puisi yang mengandung banyak arti cinta dalam kehidupanku.  Dengan membuat puisi, hati dan jiwa ini menjadi lebih tenang. Tanpa kusadari kini telah ada seseorang yang menyusup ke dalam lembah hati ini. Dia merajut kasih dengan benang-benang cinta. Melebur cintaku dengannya. Membuat hati ini gembira, dengan sejuta cinta rajutan dari si dia.
Dua tahun yang lalu, pertama kalinya aku menjumpai wanita istimewa. Dia lah yang telah merajut benang-benang cinta dalam hatiku . Waktu itu aku masih menjadi mahasiswa baru. Kulihat wajah orang-orang dari berbagai daerah yang semangat untuk menimba ilmu sebanyak mungkin. Peristiwa yang paling ku ingat ketika ospek ialah beretemu seorang wanita yang tak kuduga. Disaat aku disuruh maju kedepan dan kemudian kakak tingkat menyuruhku untuk mencari seorang untuk dibawa kedepan. Langsung saja aku menuju ke segerombolan wanita. Dengan cepat seluruh wanita berhamburan menghindari dari kejaranku. Tapi anehnya, ada satu wanita yang tak lari dari kejaranku. Kemudian kutarik dia untuk maju kedepan. Setelah sampai didepan, kakak tingkat menyuruhku untuk mencium pipinya. Ini memang hal tak masuk akal dan mungkin bisa disebut ospek paling gila. Melebihi ospek-ospek Tentara atau polisi. Tanpa berpikir panjang aku mencium pipinya dan setelah itu langsung aku berlari menuju halaman belakang kampus untuk sembunyi hingga acara ospek hari itu selesai. Sungguh kejadian yang memalukan
Keesokan harinya,kejadian itu menjadi buah bibir diseluruh kalangan mahasiswa baru. Ada yang bilang kalau aku beruntung , cari kesempatan dan masih banyak lagi. Semua pembincaraan itu tak kuhiraukan sedikitpun. Setelah selesai kuliah. Aku langsung menuju ke taman belakang kampus untuk menikmati indahnya senja dikala hati sedang bahagia. Tak kuduga wanita yang kemarin aku cium juga berada di taman kampus. Langsung saja kuhampiri dia dan meminta maaf atas kesalahanku. Dia pun memberikan respon yang tak kuduga. Ternyata dia tak  sedikitpun marah kepadaku. Belum sempat kuberkenalan dengan dirinya. Karena setelah ku ucapkan kata maaf kepadanya dia langsung pergi meninggalkanku. Entah kenapa hati ini mulai merasakan cinta setelah bertemu dia. Walau ku tak tau namanya, tapi wajahnya akan selalu kuingat.
            Waktu terus berlalu. Hingga saat ini aku kuliah menginjak semester delapan. Tak kujumpai wanita yang telah menolongku itu. Banyak wanita yang mencoba mengisi hati ini. Tapi tak dapat kuingkari, hanya dialah wanita yang mampu mengisi relung hati ini. Sudah kucoba untuk melupakannya. Tapi hati berkata lain. Hati ini memaksa untuk tetap mencinta nya, walau dia entah pergi kemana. Aku terus berikhtiar untuk bisa berjumpa dengannya walau hanya untuk sesaat. Ingin ku ungkapakan seluruh perasaan ini kepadanya. Semua kertas-kertas ku tak mampu lagi menampung seluruh perasaan ini. Semua puisi itu telah ku buang, ku bakar dan ku jualkan. Dan berharap perasaan itu telah hilang.
Perasaan sabar kini mulai hilang dari jiwa ini. Aku mulai berputus asa. Makan dan minum pun tak selera dan hingga akhirnya aku berniat untuk mengakhiri hidup ini. Sebelum mengakhiri hidup ini. Kutuliskan sebuah puisi untuk terkahir kalinya.
                                                            CINTA YANG HILANG
Cinta engkau dimana?
Sudah kucari hingga ke pelosok Jakarta
Tak kunjung jua ku menemukannya
Lelah hati ini mencarimu
Tak kunjung jua ku menemukannya
Apa salahku hingga kau pergi meninggalkanku?
Belum sempat hati ini bicara kepadamu
Engkau pergi dengan seribu teka teki
Yang tak mungkin bisa kumenekanya
Kini, aku pun ingin pergi
Pergi ke tempat yang tenang
Tenang tanpa adanya rasa cinta
Itulah tempat favoritku
Yaitu Kematian.
Setelah kubuat puisi itu. Langsung aku mengambil pisau dalam ranselku dan kutancapkan pisau itu dalam perutku. Kulihat darah mulai mengalir dalam perutku. Kini ku merasakan seperti ada yang menarik jiwa ini dari ujung kaki menuju ujung kepala. Darah yang mengalir semakin banyak dan pisau itu sudah menembus hati ini. Rasa sakit sudah tak kurasakan. Hingga akhirnya aku terbang diatas tubuh ku. Kulihat banyak darah yang melumuri tubuh dan sebuah pisau yang menancap di perutku. Dengan perasaan cinta aku mengakhiri hidupku. Hidup yang selalu dihiasi perasaan cinta yang membuat jiwa merana.
                                                                                    Semarang, !6 September 2016


             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar